Tuesday, February 22, 2011

Judul Scl TPTA

Kelompok 1
Judul :

Rizky Winarsyah
Faris Muthi Qolbi
Oka Resta Pratama
Firis Basma Lanjar
Wemphy Novianto


Kelompok 2
Judul :
Terasering Untuk Pencegahan Erosi Pada Lahan Miring
Rd. Moch Annuuradi R
Galuh F Galura
Andreas Donda H
Reka Raflesia
Andi B Reffilia C


Kelompok 3
Judul :

Egi Madyagi
Dania Kartika Ningrum
Bhakti Priandi Sunarya
Rahayu Dwiastuti
Yudhistira Ardiandra


Kelompok 4
Judul :

Mokh Zulfikar Z
Harfi Frasyam Jehan
R Asri Noor Pratiwi
Rahma Siswandari
Ardiansyah Ruchimat



Kelompok 5
Judul :

Rizki Guntur P
Marolip Subyekti
Rakhmi Rossadha
Randhika Rakhmat
Muhammad Taufan


Kelompok 6
Judul :

Indragiri Jatikusuma
Yuri Agita
Riando Simbolon
Andi Zukhruf Fuadi
Trie Ayu Asyhary


Kelompok 7
Judul :

Diki
Masita Sahara
Fitri Septianingsih
Arbyanto Gema Priaji
Yuli Awaliah
Hendra Jonatal Sitompul


Kelompok 8
Judul :

Taufik Abdurahman S
Oktaviana Mustika D
Fajarina Feriza Daulay
Viogi Giovan
Asep Abdul Rahman



Kelompok 9
Judul :

Abdu Rahman Putra
Indra Perdana
Nanda Adiguna
Kenzia Yuri Hartama
Citra Annesa

Erosi Lembar (Sheet Erosion)

Erosi Lembar (Sheet Erosion)

Deskripsi

Erosi lembar adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian yang mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah yang menyebabkan permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaan tanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam.

Proses

Erosi lembar merupakan bentuk erosi yang terjadi setelah erosi percik (splash erosion). Erosi lembar dapat terlihat secara jelas didaerah yang relatif seragam permukaannya dan daerah yang memiliki potensi besar mengalami erosi kulit adalah daerah dengan komposisi lapisan permukaan tanah atas yang rentan atau terletak di atas lapisan bawah yang sulit lepas, bentuk erosi ini lebih banyak terjadi di lahan-lahan berombak tanpa tanaman penutup. Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah yang seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis. Besar kecilnya tenaga penggerak terjadinya erosi kulit ditentukan oleh kecepatan dan ke dalaman air larian, Jika curah hujan melebihi infiltrasi, maka akan terbentuk sebuah lapisan tipis permukaan air dengan kedalaman 2-3 mm.

Adapun proses terjadinya erosi permukaan dapat diuraikan sebagai berikut

1. Hujan menimpa permukaan lahan.
2. Energi jatuhnya titik hujan menyebabkan terlepasnya butir-butir tanah, dan energi ini tergantung pada ukuran dan kecepatan jatuhnya tetesan hujan.
3. Terlepasnya butiran tanah sangat tergantung pada stabilitas tanah tersebut yang sangat dipengaruhi oleh tingkatan struktur tanah, kandungan bahan organik, persentase clay, silt, pasir dan sebagainya.
4. Air hujan yang jatuh akan meresap kedalam tanah (infiltrasi), sebagian lain akan mengalir sebagai aliran permukaan, yang sangat tergantung pada kapasitas infiltrasi tanah, dimana kapasitas infiltrasi tergantung pada permeabilitas dan keadaan permukaan tanah tersebut.
5. Aliran permukaan akan membawa butiran-butiran tanah yang terlepas dan juga mengikis butiran-butiran tanah yang dilewatinya.
6. Akibatnya akan terjadi erosi lembar, jika ketahanan tanah terhadap erosi (soil erosion) pada seluruh permukaan sama dan selanjutnya akan terjadi erosi alur (rill erosion) jika ketahanan tanah terhadap erosi pada permukaan tidak seragam.



Dampak

Kehilangan partikel tanah atas (top soil) akibat erosi lembar adalah :

1. Akan mempengaruhi produktivitas lahan karena nutrisi didalam top soil sudah terbawa.
2. Bahan-bahan organik didalam tanah menghilang dan menyebabkan penurunan vegetasi.
3. Erosi juga dapat mengakibatkan pemindahan benih atau bibit dan mengurangi kemampuan tanah untuk menyimpan air untuk tanaman.
4. Agregat tanah memecah dan banyak tanah mulai membentuk kerak.

Sunday, June 27, 2010

tentang ciamis

Sedikit Tentang Ciamis

Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah sekitar 244.479 Ha, secara geografis letaknya berada pada koordinat 1080 20 sampai dengan 1080 40 Bujur Timur dan 70 40 20 sampai dengan 70 41 20 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

· Sebelah Utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan

· Sebelah Barat : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya

· Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar

· Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Ciamis berada pada posisi strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Jawa Barat-Jawa Tengah dan jalan Provinsi lintas Ciamis-Cirebon-Jawa Tengah.

Dalam konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis mempunyai 2 (dua) Kawasan Andalan yaitu Kawasan Andalan Priangan Timur dengan arahan pengembangan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pariwisata serta Kawasan Andalan Pangandaran dengan kegiatan unggulan pengembangan kepariwisataan dan bisnis kelautan

Topografi dan Iklim

Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar - bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0 - > 40% dengan sebaran 0 - 2% terdapat di bagian tengah - timur laut ke selatan dan 2 - > 40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis tanahnya didominasi oleh jenis latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, Kabupaten Ciamis pada umumnya mempunyai tipe iklim C, dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200 - 300C.

Hidrologi

Wilayah Kabupaten Ciamis dialiri oleh sungai utama yaitu sungai Citanduy yang mengalir mulai dari Gunung Cakrabuana (hulu) di Kabupaten Tasikmalaya dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi Jawa Tengah dengan anak-anak sungainya terdiri dari Cimuntur, Cijolang dan Ciseel. Di bagian selatan mengalir Sungai Cimedang dengan anak-anak sungainya terdiri dari sungai Cikondang, Cibegal, Cipaledang, Cibungur, Citatah I, Citatah II, Cigugur, Ciharuman, Cigembor, Cikuya, Cijengkol, Cimagung dan Cicondong.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy, sedangkan sisanya termasuk ke dalam DAS Cimedang. Wilayah Kabupaten Ciamis yang termasuk DAS Citanduy tersebut, terbagi kedalam Sub DAS Citanduy Hulu seluas 22.279,38 Ha, Sub DAS Ciseel seluas 77.421,08 Ha, Sub DAS Cimuntur seluas 55.163,06 Ha dan Sub DAS Cijolang seluas 18.665,99 Ha.

DAS Citanduy secara nasional dikategorikan sebagai DAS kritis dengan indikator kekritisan antara lain fluktuasi debit sungai, tingkat erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi (±5 juta ton/tahun terbawa oleh sungai Citanduy), serta produktivitas DAS yang relatif rendah.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

No

Penggunaan lahan

Luas (Ha)

Luas (%)

1

Sawah

51.688

21,14

2

Pekarangan

29.926

12,24

3

Tegal/Kebun/Ladang/Huma

76.676

31,36

4

Penggembalaan Padang Rumput

1.777

0,73

5

Hutan

56.141

22,97

6

Perkebunan Negara/Swasta

16.188

6,62

7

Tambak

43

0,02

8

Kolam

2.716

1,11

9

Lain-lain

9.324

3,81

Kawasan Lindung

Kawasan lindung merupakan kawasan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan serta nilai-nilai sejarah dan budaya, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Jenis kawasan lindung yang ada di Kabupaten Ciamis terdiri dari hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan sungai, sempadan situ, sempadan pantai, kawasan rawan bencana, cagar alam, suaka marga satwa, taman wisata alam dan kawasan cagar budaya.

Hutan lindung terdapat di Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng dan Panjalu dengan luas areal sekitar 12.637,51 Ha. Kawasan bergambut terdapat di Kecamatan Lakbok meliputi areal sekitar 120 Ha dengan ketebalan sekitar 3 meter berupa daratan dan sawah.

Kawasan resapan air banyak terdapat di wilayah Ciamis utara (Kecamatan Jatinagara, Rancah, Sukadana, Cijeungjing, Tambaksari, Cipaku, Kawali, Panjalu, Panawangan, Lumbung, Cihaurbeuti, Panumbangan, Sadananya dan Cikoneng). Sedangkan sempadan sungai terdapat hampir di seluruh kecamatan dengan sungai utama yaitu Sungai Citanduy dan Cimedang. Sempadan situ terdapat di Situ Lengkong Panjalu, sedangkan sempadan pantai terbentang sepanjang 91 km yang meliputi 6 kecamatan (Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Cijulang, Parigi dan Cimerak).

Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus. Kawasan rawan bencana longsor tersebar di Kecamatan Panawangan, Kawali, Cikoneng, Rajadesa, Jatinagara, Rancah dan Tambaksari; kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Pamarican, Banjarsari, Padaherang, Kalipucang, Lakbok dan Pangandaran; kawasan rawan kekeringan di Kecamatan Langkaplancar dan Cigugur; serta kawasan rawan bencana gempa bumi/tsunami di Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang.

Cagar alam terdapat di Pananjung Pangandaran seluas 419,3 Ha dan Panjalu seluas 16 Ha. Suaka Margasatwa terdapat di Gunung Sawal meliputi areal seluas 5.400 Ha. Taman Wisata Alam (TWA) darat dan laut terdapat di Pananjung - Pangandaran, sedangkan Cagar Budaya terdapat di Astana Gede Kawali seluas 5,5 Ha, Karangkamulyan - Cijeungjing seluas 24 Ha dan Kampung Kuta - Tambaksari seluas 17 Ha. Selain itu, Cagar Budaya juga terdapat di Kecamatan Ciamis berupa kawasan tempat disemayamkannya para Bupati Galuh pada masa lalu.

Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan (Ton)

Perkembangan produksi komoditi unggulan yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan secara umum dari Tahun 2006 - 2007 mengalami peningkatan rata-rata 5,53 %. Dari sekian komoditi peningkatan terbesar pada komoditi padi sebesar 3,20 % dan daging sebesar 50,47 %.

Perkembangan Industri Kecil Makanan Olahan

Aktivitas usaha masyarakat Kabupaten Ciamis pada umumnya dijalankan oleh pelaku usaha kecil dan menengah, dan mayoritas didominasi oeh pelaku usaha kecil diantaranya pengrajin dan pelaku industri kecil/rumah tangga. Beberapa komoditi industri kecil yang dihasilkan antara lain gula aren, gula kelapa, dan makanan olahan seperti aneka kripik, sale pisang, dan ranginang gulung, yang volume produksinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun untu Tahun 2007 terdapat beberapa komoditi industri kecil yang volume produksinya mengalami penurunan yaitu Gula aren, gula kelapa dan kue kering.

Source : http://www.ciamiskab.go.id/

Saturday, June 26, 2010

desa kawalimukti

thread ini masih dalam perencaan, karena masih dalam mencari data-data yang ada pada desa tersebut, selanjutnya akan digali lebih dalam tentang desa kawalimukti mulai dari sosial-budaya, pendidikan, kesehetan, perekonomian, dan yang tidakpasti tertinggal tentang sistem pertanian nya (saya kan anak ftip tea) geuleuh pisan!!!
sementara cuman ada peta, itu pun saya dapat dari google map. ini petanya,,,

View Larger Map

jangan banyak protes,,namanya juga seorang???

revisi 1:
desa kawalimukti terletak pada
Garis Lintang : 7°10'54.70"S
Garis Bujur : 108°22'15.71"T
jarak dari Kawali ke Kawalimukti sekitar 1,2 km sedangkan dari kota ciamis kira-kira 20 kilometer ke kawalimukti.
peta kawalimukti dan akan banyak foto-foto dan lain-lainnya.

Sunday, November 22, 2009

siklus hidrologi

Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

  • Evaporasi / Trasnpirasi
  • Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah
  • Air Permukaan

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi

Akibat panas yang bersumber pada matahari, maka terjadilah:

1. Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka dan permukaan tanah.

2. Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman.

Uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi istilah intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.

Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flow) kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.

Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub surface flow/through flow). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut water soil.


Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah (ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hukum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/ cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah.


Proses siklus hidrologi alam tiga cara yang berbeda yaitu :

Evaporasi
Evaporasi
  • Evaporasi/Transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.


Infiltrasi Air
Infiltrasi Air
  • Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.


  • Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Jumlah air di bumi
Jumlah air di bumi
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.